Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) RI, Amalia Adininggar Widyasanti menyoroti, struktur ketenagakerjaan sektor energi serta minyak dan gas (migas) Indonesia berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari 2025. Ia mengatakan pekerja formal dan berpendidikan tinggi mendominasi di dua sektor strategis tersebut.
“Pekerja formal mendominasi sektor migas dan energi, mencapai lebih dari 85 persen. Sementara sektor lain masih didominasi pekerja informal,” ujar Amalia dalam keterangannya seperti yang dikutip, Minggu (24/8).
Berdasarkan data BPS, lanjut Amalia, sebanyak 90,73 persen pekerja di sektor minyak dan gas merupakan pekerja formal, hanya 9,27 persen yang informal.
"Di sektor energi, 85,20 persen adalah pekerja formal, dan 14,80 persen informal," tambah Amalia.
Sebaliknya, masih kata Amalia, sektor lainnya mencatat dominasi 59,53 persen pekerja informal dan hanya 40,47 persen yang bekerja di sektor formal.
Amalia juga menyoroti tingkat pendidikan pekerja di sektor-sektor tersebut. Ia menjelaskan bahwa pekerja sektor migas dan energi didominasi oleh mereka yang memiliki pendidikan menengah kejuruan dan pendidikan tinggi.
Ia merinci: di sektor migas, 43,13 persen pekerja adalah lulusan SMA, 18,25 persen lulusan SMK, dan 25,75 persen lulusan perguruan tinggi.
Di sektor energi, 32,02 persen lulusan SMK, dan 26,35 persen lulusan perguruan tinggi, sementara 31,72 persen dari SMA.
Sebaliknya, sektor lainnya masih didominasi lulusan SMA (35,98 persen) dan pendidikan dasar.
“Ini menegaskan bahwa sektor-sektor strategis seperti energi dan migas membutuhkan tenaga kerja dengan keterampilan dan pendidikan yang lebih tinggi dibanding sektor lain,” jelas Amalia.
Ia menambahkan, temuan ini penting sebagai dasar dalam menyusun kebijakan ketenagakerjaan, pendidikan vokasi, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia agar selaras dengan kebutuhan industri masa depan.
“Peningkatan kompetensi, khususnya pada pendidikan vokasi dan teknis, menjadi krusial dalam mendukung transformasi energi dan pengembangan sektor migas yang berkelanjutan,” tuturnya.
BPS, kata Amalia, mengharapkan temuan ini dapat menjadi acuan bagi para pemangku kebijakan, dunia usaha, dan lembaga pendidikan dalam memperkuat sinergi antara dunia pendidikan dan dunia kerja.
Amalia menegaskan bahwa Sakernas menjadi sumber utama statistik ketenagakerjaan di Indonesia yang telah disusun dan dilaksanakan sesuai dengan standar internasional yang ditetapkan oleh International Labour Organization (ILO).